Kamis, 31 Desember 2009

Takkan Pernah Tergantikan

Mama adalah sosok wanita tegar yang menjadi panutan, guru, bahkan suri tauladan bagi saya, saya sering menitikkan air mata ketika teringat betapa mama yang luar biasa dalam membesarkan kami ketujuh anaknya, bekerja keras demi masa depan kami, bercucuran keringatnya, bahkan lupa akan kesehatannya sendiri. Saya sangat sedih ketika mengingat kembali kenangan bersama mama. Mama adalah tipikal perempuan mudah meneteskan air mata, paling mudah iba terhadap orang lain apalagi orang-orang yang membutuhkan bantuan, apakah hal ini karena nalurinya sebagai seorang ibu ataukah karena mama selalu teringat akan anak-anaknya yang merantau dijakarta sehingga ketika ada orang khususnya perempuan yang datang kerumah untuk meminta tinggal beberapa waktu maka mama tidak akan menggelak, rasa sosialnya yang begitu tinggi sehingga rumah pun tidak pernah sepi dari tamu yang berkunjung, hingga urusan rumah juga sering sekali dibantu oleh orang yang tinggal dirumah, makanan pun tidak dibeda-bedakan artinya kita makan bersama apa yang tersedia, bahkan para tetangga kadang kala bertanya sebenarnya berapa anak orang tua saya, maklumlah bagi kami suku batak yang memiliki marga dapat mempererat kekeluargaan meskipun kami bukan satu darah namun kami merasa satu nenek moyang sehingga harus tolong menolong dalam persaudaraan.
Beberapa orang tetangga sering sekali memberi masukan agar mama hati-hati dalam menolong apalagi menerima orang lain yang berkunjung atau bertamu kerumah, mama memakluminya karena itu merupakan bentuk perhatian tetangga agar mama waspada terhadap orang lain, tapi itulah mama selalu bersikap dan berpikir positif kepada orang lain, tamu-tamu tersebut telah dilaporkan mama pada RT/RW tempat kami, mama juga meminta mereka agar menjaga keamanan dan ketentraman tetangga sekitar, mama selalu menganggap orang lain seperti anaknya sendiri sehingga tidak heran jika mama memiliki beberapa anak angkat, mama belum pernah menikahkan anaknya kandungnya sendiri tapi mama sudah sering menikahkan anak angkatnya, hal demikian karena anak-anak angkatnya tersebut meminta mama menjadi orang tuanya saat mereka menikah. Mereka memiliki perkerjaan yang beraneka ragam misalnya Dokter, Bidan, Guru, Manager Perkebunan, Ir.Pertanian, Ir.Peternakan, Pendeta, Mandor-Mandor Perkebunan bahkan Buruh karyawan pun mama tidak pernah membedakan, kamar saya pun jadi tempat sementara tempat kakak-kakak angkat perempuan tidur apabila ruang tamu telah penuh dan sebelum mereka pindah ketempat mereka masing-masing.
Pada suatu hari mama berangkat kerja dengan keadaan sehat bugar tetapi tiba-tiba pulang telah diantar mobil ambulance kerumah. Saya dan adik-adik kaget luar biasa, kami menangis histeris ada apakah dengan mama? Bapak saya pun terkejut melihat mama telah tidak sadarkan diri, anak angkat mama (kebetulan seorang dokter dan bidan) dengan bijak memberitahukan bahwa mama baik-baik saja dan kami harus tenang, tidak usah kuatir, tapi apapun ucapannya saya tidak memperdulikannya, saya hanya menangis sambil memengang erat tangan mama sambil memanggil-manggil agar mama bangun, mama sangat lemah dan mukanya pucat pasih, dokter bilang mama kecapaian dan kurang istirahat sehingga darah tingginya kambuh.
Saat mama sakit saya pikir saya akan repot dan kesulitan sendiri mengurus mama, adik-adik, dan bapak. Maklumlah kami tinggal didaerah perantauan maka keluarga dekat pun tidak ada untuk dimintai bantuan, tapi benih kebaikan mama selama ini telah tertanam dihati anak-anak angkatnya sehingga ketika bapak dan saya tidak minta tolong pun mereka telah bahu membahu mempersiapkan hal-hal yang pada saat itu tidak terpikirkan oleh saya (saya masih kelas 4 SD) berupa barang-barang perlengkapan selama dirumah sakit telah tersedia. Oleh karena penyakit mama tidak segera membaik maka kami berinisiatif membawa mama kerumah sakit dan lagi-lagi semua telah disiapkan anak-anak angkat mama, seperti rumah sakit sudah ditentukan, baju-baju kami telah di packing, ambulance, dan mereka juga menjaga adik-adik yang masih harus sekolah dirumah. Saat itu saya sangat bersyukur sekali pada Tuhan dan merasa bahwa apa yang dilakukan dan selalu dinasehatkan mama bahwa memberikan kebaikan janganlah jemu-jemu apalagi mengharapkan timbal balik/balas budi karena apabila saatnya Tuhan akan memberikan yang terbaik dari setiap kebaikan yang kita tabur pada orang lain.
Setiap sore anak-anak angkat mama dan keluarganya datang menjenguk dan mereka selau menghibur mama agar cepat sembuh, kata mereka mama saya itu seperti orang tua mereka sendiri sehingga ketika mama sakit mereka juga sedih dan gelisah. Apabila mama sakit biasanya mama akan melarang saya dan bapak memberitahukan kepada kakak-kakak dijakarta dan keluarga dimanapun, karena mama tidak mau kakak semua terganggu sekolahnya dengan adanya kabar kurang baik, selama rawat inap mama dijaga secara bergantian oleh anak-anak angkatnya mama dan saya, saya merasakan mereka menjaga dan memperlakukan saya seperti kakak-kakak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar