Kamis, 03 Juni 2010

Tantangan Masyarakat Desa menghadapi Modernisasi

Ketika kami tiba di desa ini tahun 1990an, masih teringat dengan jelas bagaimana keadaan desa ini, penduduk yang ramah tamah, masih terdapat banyak pepohonan nan rindang, penduduknya asli didominasi sebagai petani dan aparat pemerintahan, dan para pendatang kebanyakan sebagai pedagang, meskipun pada saat itu kami belum memahami benar kebudayaan di tempat ini namun seiring dengan berjalannya waktu kami pun dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budayanya, khususnya anak suku pedalaman (kubu) yang sederhana dan suka hidup berpindah-pindah, asyik, seru, bahkan saya selalu tersenyum ketika mengingat semua itu.

Setelah sembilan tahun saya meninggalkan tempat ini (Tahun 2001-2010), banyak sudah perubahan yang terjadi baik perkembangan positif maupun negatifnya. Dahulu dengan mudah kami mendapatkan sayur mayur, buah seperti mangga, durian, cempedak, dan palawija lainnya, lalu bagaimana sekarang? berubah total, lahan kosong berubah menjadi pohon kelapa sawit, semua serba pohon kelapa sawit, ternyata masyarakat lebih tertarik dan tergiur dengan harga kelapa sawit yang tinggi dengan merubah lingkungannya dengan tanaman tersebut. Dengan uang yang mereka miliki dapat membeli kebutuhan pokok dengan mudah dipasar tanpa harus menanam dan menunggu ladang lagi.

Kecamatan Merlung Merupakan Masyarakat Majemuk yang mempunyai banyak budaya, adat istiadat, penduduk asli merupakan suku melayu yang mana banyak mengikuti tradisi melayu, yamg khas untuk merlung adalah upacara pernikahan, gotong royong,.

Perekonomian di Kecamatan Merlung paling utama di dukung oleh bidang pertanian, dimana terdapat perkebunan kelapa sawit yang besar baik perusahaan maupun kebun plasma milik rakyat, diikuti perkebunan karet yang ada sejak dulu yang mana rata rata di miliki rakyat/ sektor lain yaitu dagang dimana merlung merupakan pusat perdagangan Tanjung Jabung Barat Bagian ulu, hingga saat ini pun masyarakat masih melakukan hal tersebut.

Letak desa yang strategis dimana tepatnya dipersimpangan lintas timur membuat desa ini cepat berkembang ditambah lagi pendapat di daerah ini boleh dikatakan besar terutama pada sektor perkebunan ( Sawit dan Karet ), tapi tidak hanya dampak positif yang timbul, dampak negatif juga ikut timbul pada pola kehidupan masyarakat di desa ini.

Apakah sanggup untuk tetap mempertahankan budaya dan tradisi yang ada? patut kita pertanyakan. Dari merlung menuju kota jambi begitu dekat, desa merlung terletak di pinggir jalan lintas timur yang sudah tentu budaya modern begitu mudah masuk, desa Merlung yang merupakan ibu kota kecamatan pusat perekonomian yang tentu tidak hanya masyarakat sekitar yang datang ke desa Merlung ini, media elektronik seperti televisi, hp yang bukan lagi dianggap barang mewah. Kendaraan yang hilir mudik mempermudah keluar masuk desa ini.

Dapat kita lihat adanya perubahan yang walaupun itu sedikit tapi tampak. Lihat saja cara berpakaian remaja zaman sekarang yang kadang kala tak menghormat tradisi kita tradisi bangsa Indonesia pada umumnya, Tata krama yang mulai memudar. Tak hanya itu sudah mulai tampak seperti adat penikahan yang masyarakat lebih cenderung untuk tradisi ala modern, menggunakan musik modern sebagai hiburan saat acara pernikahan.

Banggakah kita dengan budaya kita? Seharusnya jawabannya adalah ya, karena itulah indentitas kita. Budaya kita diajarkan untuk bagaimana untuk bertata krama, bagaimana untuk tidak mengarah pada materialis. Bagaimana kita menghormati, menghargai orang lain, bukan untuk mengajarkan budaya pamer.

Ayolah pemuda, masyarakat desa merlung pada khususnya, Indonesia pada umumnya untuk dapat mencintai, menghargai budaya kita sendiri. Kita memang banyak tantangan di era modern ini untuk dapat mempertahankan buadaya asli kita. Tapi kita juga banyak cara untuk dapat mempertahankan budaya asli kita. Tak usah kita terapkan budaya pamer, materil tapi budayakanlah budaya sederhana. Kita boleh menerapkan budaya modern tapi kita harus bisa memfilternya.

Senin, 24 Mei 2010

Strategi “Menyehatkan” Perusahaan dan Divestasi

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4 EB 10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Strategi “Menyehatkan” Perusahaan dan Divestasi
Dosen : Muhamad Farid Mahmud, SE.,MM

Ulasan materi kali ini cukup menarik perhatian saya, apalagi ketika sang dosen menginstruksikan kita para mahasiswa untuk membuat salah satu contoh kasus pada perusahaan yang pernah mengalami hal tersebut “Strategi menyehatkan perusahaan dan divestasi” bila dimungkinkan obyeknya adalah perusahaan saudara pernah bekerja, otomatis saja saya teringat perihal kejadian yang pernah dialami perusahaan tempat saya bekerja dahulu kegagalan karena indikator internal perusahaan yaitu piutang dagang membengkak dan dominasi departemen tertentu.

Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan distributor makanan sebut saja PT.XYZ di Jakarta ini, perusahaan sendiri adalah salah satu anak perusahaan terbuka (Tbk) yang listing di Bursa Efek Indonesia, kantor pusat perusahaan berada di Jakarta dan perusahaan memiliki empat cabang yaitu Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Serang.
Perusahaan yang terlibat dalam kompetisi global dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan baik dalam pemakaian teknologi maupun proses kerja secara keseluruhan agar terjadi perbaikan ke arah yang lebih efektif dan efisien bagi penetapan harga, promosi produk, dan distribusinya sehingga diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai, mencapai laba pada tingkat tertentu dan mensejahterakan karyawannya, serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Pada masa sekarang ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan, semakin bervariasi muculnya produk baru dipasaran maka setiap produsen semakin berusaha keras agar produk yang dihasilkan terjual dan sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Setiap produsen selalu menginginkan produk yang dihasilkan dapat terjual atau dibeli oleh konsumen dengan tingkat harga yang memberikan keuntungan perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Melalui produk yang terjual, perusahaan dapat menjamin kehidupanya atau menjaga kestabilan usaha agar tetap dapat berkembang secara berkesinambungan bahkan mengembangkan bisnis perusahaan yang lebih maju.

Salah satu upaya untuk menunjang hal tersebut adalah dengan cara meningkatkan penjualan, baik dari segi kuantitas unit terjual maupun dari segi ukuran yang diperoleh perusahaan. Penjualan barang dan jasa senantiasa ditujukan untuk dijual secara menguntungkan bagi produsen, dengan begitu pihak perusahaan sendiri harus menyediakan barang dan jasa itu dengan kualitas yang baik dan dapat memuaskan konsumen atau pelanggan. Dengan demikian, untuk menghasilkan laba atau keuntungan dari penjualan maka disusun rencana penjualan sebagai teknik untuk memproyeksikan tingkat permintaan konsumen atau pelanggan potensial pada suatu tahun.

Setiap manager selalu berusaha mencapai target yang diberikan oleh manajemen, tentunya dengan kerjasama yang baik diantara departemen selling (Salesman dan SPV), departemen Supporting (Accounting dan ADM), dan departemen Warehouse. Saya masih teringat dengan jelas ketika pertama kali bergabung dengan perusahaan ini tahun 2004 target yang diberikan pada cabang kami adalah berkisar dua ratus jutaan dan terakhir tahun 2007 target yang harus dicapai adalah 1,5 Milyar. Dinilai dari segi tingkat pencapaian target pejualan setiap cabang termasuk berhasil dengan hasil pantastis, para salesman, SPV, dan manager selalu mendapatkan bonus dan insentive yang memuaskan, lalu bagaimana efek terhadap departemen Acc dan ADM? Apakah mereka akan menghadapi masalah? bagaimanakah mereka menilai dan melaporkan keuangan terhadap manajemen.

Masalah muncul saat piutang dagang yang besar tidak segera terselesaikan dengan baik, dimana para konsumen banyak mengalami gagal bayar sehingga terjadi over due piutang dagang.
Persediaan di gudang perusahaan berjalan normal (balance antara input dan output), target penjualan meningkat, tetapi piutang dagang membengkak, siapakah yang akan disalahkan dalam posisi seperti ini? Dengan membengkaknya piutang dagang otomatis perputaran arus kas menjadi tersendat alias “macet” yang berakibat pada semakin tingginya cadangan kerugian piutang. Pada awalnya setiap departemen mempertahankan kepentingan masing-masing teamnya, sehingga muncullah nominasi departemen terhadap departemen lain. Misalnya karena departemen selling merasa harus mencapai target penjualan sehingga tidak terbebani dengan jumlah piutang dagang, demikian juga departemen warehouse merasa dapat mendistribusikan dan menjaga kestabilan persediaan produk sesuai target perusahaan dan produsen (produsen produk adalah perusahaan induk), yang terjepit dan terpojok adalah departemen Accounting dan ADM.

Akhirnya departemen Accounting dan Adm merasa perlu membuat laporan dan usulan kepada manajemen agar kejadian ini tidak larut terus menerus karena berimbas pada kerugian yang semakin memburuk pada perusahaan. Akhirnya diadakan suatu rapat yang dihadiri semua departemen. Adapun tujuannya adalah memperbaiki kinerja semua departemen dalam mencapai tujuan perusahaan khusunya dalam hal piutang dagang, tidak ada nominasi departemen terhadap departemen lain tetapi diharapkan adalah kerjasama team yang baik, bahu-membahu dalam menjalankan kelangsungan perusahaan, sehinga perusahaan terselamatkan dari ancaman kebangkrutan. Adapun langkah-langkah strategi yang diambil manajemen dalam menyelamatkan piutang yang membengkak adalah : Fokus pada penjualan pada konsumen potensial (Pembelian produk sesuai kemampuannya), mengintensivekan pada konsumen yang loyal pada produk (bukan pada new market), Fokus pada segmen pasar tradisional dan modern market, mengurangi umur piutang maksimal dari n/30 menjadi n/21, apabila tidak dimungkinkan pembayaran piutang maka dilakukan Return Product, memotivasi salesman agar menawarkan cara pembayaran tunai dengan diskon yang kompetitif pada konsumen, kerjasama yang semua departemen, saling peduli, komunikasi dan bertanggung jawab pada departemen secara umum.

Setelah beberapa bulan, strategi perusahaan cukup membawa angin segar bagi kemajuan perusahaan, dimana piutang dagang dapat terkontrol dengan baik, penjualan meningkat, dan kesejahteraan karyawan pun berjalan dengan normal. walaupun demikian kerja keras semua departemen, komunikasi yang baik, saling terbuka dan rasa memiliki harus tetap dipelihara dan dipertahankan demi kemajuan dan keuntungan perusahaan

Sabtu, 22 Mei 2010

Tugas : Analisa Strategi Perusahaan Unilever

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Analisa Strategi Perusahaan Unilever
Dosen : M.Farid.M, SE.,MM

Isu Strategi
Apa penyesuaian, baik secara internal maupun eksternal, harus Unilever untuk membangun kembali membuat strategi kompetitif yang kuat dan fokus?
Menurut pendapat saya usaha penyesuaian yang akan dilakukan oleh Unilever baik internal dan eksternal untuk membangun kembali perusahaan dengan membuat strategi kompetitif yang kuat dan fokus akan berhasil dengan baik, hal ini dapat kita lihat pada laporan analisis keuangan adanya pertumbuhan yang konsisten Tahun (2000-2003), peningkatan kualitas secara keseluruhan (sehat dan kompetitif), profil pertumbuhan portofolio merek kuat, peningkatan efisiensi modal dan diakui sebagai perusahaan global. Adapun usaha yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengefisienkan perusahaan dalam mengurangi portofolio dengan 400 inti merek sehingga akan lebih fokus pada merek terkemuka, demikian juga dengan iklan dan usaha pemasaran yang yang efektif, preferensi konsumen terhadap produk unilever merupakan nilai tambah yang harus terus dipertahankan perusahaan sehingga Fokus R & D beriklan di merek terkemuka.

Adapun hal yang diperhatikan perusahaan Unilever adalah dual kepemimpinan yang harus memiliki visi dan misi yang sama dalam mengembangkan dan mencapai tujuan perusahaan(apabila dimungkinkan akan lebih baik satu kepemimpinan sehingga perlu adanya penyatuan/intregrasi), Pengurangan karyawan yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan biaya yang inefisien, tetap mawas terhadap kompetitor-kompetitor follower dalam hal diferensiasi produk dan harga, pencapaian pengakuan perusahaan global merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memenuhi standar nasional dan internasional, sehingga memungkinkan keberhasilan Unilever dalam melaksanakan penyesuaian dan strategi dengan baik.

Tugas Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Tahun 1978 & 1979

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Analisa Rasio Keuangan Perusahaan Tahun 1978 & 1979
Dosen : M.Farid.M, SE.,MM

1)Analisa Rasio Likuiditas
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (ketepatan waktu)

1.1.Current Rasio (1978) = Aktiva lancar : Utang lancar
= 1.291 : 327
= 3,94

1.2.Current Rasio (1979) = Aktiva lancar : Utang lancar
= 1.420 : 370
= 3,83

1.3.Acid Test Rasio (1978) = Aktiva lancar – Persediaan = 1.291- 590 = 2,14
Utang Lancar 327

1.4.Acid Test Rasio (1979) = Aktiva lancar – Persediaan = 1.420- 645 = 2,09
Utang Lancar 370

Kesimpulan : Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2)Analisa Profitabilitas (Keuntungan)
Untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba seperti : penjualan, aset, dan laba modal sendiri.

2.1Gross Profit Margin = Penjualan-HPP = 3.500-2.040 = 0,41
Penjualan 3.500

2.2 Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Pejualan = 70:3.500 =0,02

2.3 Return On Investment = Laba Setelah Pajak : Total Aktiva = 70:1.829 = 0,038

2.4 Return On Equity = Laba Setelah Pajak : Modal Sendiri = 70:1.440 = 0,048

2.5 Profit Margin = EBIT : Penjualan = 134:3.500 = 0,038

2.6 Rentabilitas Ekonomis =EBIT : Total Aktiva = 134: 1.829 = 0,073

2.7 2.7 Earning Power = Penjualan x Laba Setelah Pajak = 3.500 x 70 = 1,914 x 0,02 = 0,038 Total Aktiva Penjualan 1.829 3.500

Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva lancar dan aktiva tetap mengalami kenaikan antara 0,02 (2%) – 0,073 (7,3%), bahkan Penjualan kotor sama dengan 0,41 (41%).

3) Rasio Financial Leverage
Digunakan untuk menunjukkan proporsi penggunaan utang dalam membiayai investasi perusahaan, dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek dan jangka panjang.

3.1 Debt Rasio (1978) = Total Utang : Total Aktiva = 35 : 1.767 = 0,019
Debt Rasio (1979) = Total Utang : Total Aktiva = 389 : 1.829 = 0,212

3.2 Debt to Equity Ratio (1978) = Total Utang : Total Modal Sendiri = 35:1.415=0,025
Debt to Equity Ratio (1979) = Total Utang : Total Modal Sendiri = 389:1.440=0,270

3.3 Time Interest Earned Ratio = Laba sebelum bunga & pajak: Beban bunga =134:14=9,57

Kesimpulan : Semakin Tinggi nilai debt rasio berarti semakin tinggi resiko yang akan dihadapi perusahaan dan investor, namun sebaliknya keuntungan yang diharapkan akan semakin tinggi pula karena mengalami kenaikan nilai dari tahun sebelumnya, dan kemampuan dalam memenuhi beban tetapnya terlihat memiliki angka yang baik.

4)Rasio Aktivitas
Digunakan untuk menunjukkan kemampuan atau efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan, menentukan efisiensi nilai-nilai investasi terhadap aktiva.

4.1 Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan:Rata-rata persediaan=2.040:645=3,16

4.2 Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan: Aktiva Tetap = 3.500: 399 = 8,77

4.3 Perputaran Total Aktiva = Penjualan: Total Aktiva = 3.500: 1.829 = 1,913

Kesimpulan : Perusahaan mampu mengelola aset dengan tingkat perputaran aktiva mencapai nilai yang cukup signifikan dan baik, efisiensi yang dilakukan mampu memberikan hasil yang tepat bagi pengembalian investasinya.

Kesimpulan Laporan Keuangan Perusahaan
Secara keseluruhan dari perhitungan Analisis Rasio Likuiditas, Profitibilitas, Financial Leverage, dan Aktivitas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola dan memanfaatkan aset-aset perusahaan, meskipun perusahaan melakukan pinjaman terhadap pihak ketiga dalam membiayai investasinya mengalami kenaikan, tetapi perusahaan tetap dapat mengembalikannya dengan baik, dimana diharapkan dengan investasi yang dilakukan dalam mengorbankan sumber daya akan membawa tingkat pengembalian atau perputaran yang lebih baik terhadap perusahaan, peningkatan laba dari tahun ke tahun menunjukkan keseriusan dan fokus kinerja manajemen terhadap perusahaan dengan baik. Yang perlu di waspadai adalah agar manajemen tetap memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Selasa, 13 April 2010

Analisis Lingkungan Industri Pada Negara Sedang Berkembang

Membaca judul ini, terlintas dalam hati kecil saya apakah negara kita Indonesia tercinta ini termasuk didalamnya ataukah tidak? Negara yang kaya raya akan sumber daya alam, negara dengan sebutan negara kepulauan dan negara yang menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbanyak didunia. Sepengetahuan saya, negara kita sebentar lagi tepatnya 17 Agustus 2010 akan merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke 65 tahun, bila dibandingkan dengan negara tetangga kita, sebut saja negara kecil Singapura maka akan kelihatan sekali ketimpangan yang terjadi dengan negara kita, baik dari sisi ekonomi, teknologi, sosial, politik, budaya, dan lain sebagainya. Ternyata lama atau tidaknya merdeka suatu negara tidak menjadi tolak ukur dan jaminan kualitas baik buruknya suatu negara, dunia mengenal Asia dengan menyebutkan China, Jepang, Korea, dan Singapura. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ya sebagian ada yang mengenalnya sebagai tempat wisata Bali, Bali yang eksotik mungkin juga dengan Danau Toba indah dan memukau, bagaimana juga dengan teknologinya? Masih jauh dari negara-negara lain.

Negara kita yang berpenduduk hampir 210 juta jiwa ini, setiap tahun selalu dihadapkan dengan masalah ekonomi yang tidak pernah habis-habisnya, misalnya masalah kemiskinan, pengangguran, dll. Setiap tahun tingkat pengangguran selalu bertambah. Penyebabnya tentu bermacam-macam pula, sebut saja karena kurang tersedianya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pencari kerja (Jobseekers), lapangan pekerjaan tidak merata dari satu daerah dengan daerah lain misalnya Jakarta, Medan, Batam, dan Surabaya lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan dan lebih menjanjikan dari pada daerah lain, para lulusan serjana lebih banyak memilih tetap tinggal di daerah mereka lulus dari pada harus pulang kampung kerena dikampung belum tentu dapat pekerjaan, sehingga terjadi penumpukan pencari pekerja dalam suatu daerah.

Ketika saya melakukan aktivitas kerja kebetulan rute yang saya lintasi adalah jalan raya bogor jakarta timur, dibandingkan 8 tahun yang lalu didaerah ini banyak terdapat berdiri pabrik-pabrik, misalnya pabrik Tekstil, bahan kimia, Obat, makanan dan minuman, ban mobil, elektronik, pabrik kulit, dll. Tapi suasana telah berubah pada saat ini tahun 2010 jumlah perusahaan atau pabrik-pabrik yang berdiri banyak yang telah tutup, apakah karena gulung tikar ataukah emang dipindahkan investasinya ke negara tetangga? Yang pasti banyak bangunan tidak berpenghuni. Pada saat pulang kerja maka kemacetan yang luar biasa akan terjadi dan manusia berjubel-jubel keluar dari pabrik dan perkantoran. Biasaya mereka menggunakan seragam, usianya pun beraneka ragam, yang menjadi pusat perhatian saya adalah teman-teman yang bekerja pada pabrik tekstil, bagi perusahaan yang telah go publik tentu memakai seragam yang lumayan bagus dan rapi, lalu bagaimana dengan perusahaan menengah kebawah? Disinilah tampak perbedaan dan kesenjangan itu terlihat dengan jelas, teman-teman buruh pabrik biasanya menggunakan pakaian ala kadarnya, dalam benak mereka mungkin yang terpenting berpakaian bersih dan rapi sudah cukup, pada dasarnya mereka merasa dengan mendapatkan upah sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah (UMR) saja sudah senang, bagaimana dengan kecukupan memenuhi kebutuhan hidup, “semua tergantung bagaiman mengaturnya saja, ya dicukup-cukpinlah mba” itu jawaban salah satu buruh pabrik yang berbincang-bincang dengan saya di salah satu angkutan umum, lalu bagaimana pula dengan buruh pabrik yang bekerja dan mendapatkan upah dibawah UMR? Dengan wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca seorang bapak yang bekerja sebagai buruh juga mengatakan” ya mau gimana lagi mba, wong saya saja hanya lulusan SMP, jadi diterima bekerja disini aja uda senang, mengenai gaji ya jauh dari cukup mba, makanya malam hari saya mencari sampingan tambahan sebagai tukang ojek” jawab seorang bapak pada saya.

Masalah pokok yang ingin saya bahas adalah materi kulian Manajemen Strategik dengan topik Analisis Bisnis yang terdiri dari Analisis Lingkungan Makro dan Analisis Lingkungan Teknologi. Analisis Lingkungan Teknologi terdapat ciri-ciri yang mengatakan : Terdapat tenaga kerja yang melimpah tetapi tidak terlatih/ahli/expert, keterbatasan dana untuk alih teknologi, dan masih menggunakan teknologi padat karya. Pada saat berdiri pabrik tekstil misalnya disekitar jalan raya bogor jakarta timur, pabrik tersebut menyerap dan merekrut banyak tenaga kerja, tenaga kerja yang terpakai mulai tamatan SMP, SMA hingga lulusan Sarjana. Oleh karena karena produk yang dihasilkan adalah produk masal maka teknologi yang dipakai pun masih teknologi padat karya sehingga kesejahteraan akan terangkat dengan berkurangnya jumlah pengangguran. Namun masalah akan mulai muncul misalnya pada saat kerusuhan tahun 1998 banyak perusahaan tutup, investor kocar-kacir memindahkan modalnya ke negara tetangga, akibatnya banyak terjadi PHK, kurang ahlinya pekerja/kurang terampil karena pendidikan formal rendah membuat mereka tidak mudah mendapatkan pekerjaan kembali. Ada yang telah pulang kampung untuk memulai usaha atau pekerjaan lain, lalu bagaimana dengan yang tetap bertahan hidup tinggal dijakarta?
Mereka mencari pekerjaan dengan bersaing ketat dalam mendapatkan pekerjaan, ada yang berubah haluan bekerja pada sektor nonformal misalnya buka usaha kecil-kecilan, ada juga bekerja serabutan menjadi pedagang asongan di atas bus kota, jalan-jalan raya (lampu merah), pemulung, bahkan mengamen di jalan-jalan raya ibukota, tragis memang, tuntutan hidup yang keras membuat orang saling sikat-menyikat dalam memenuhi kebutuhan hidup, ntah siapa yang akan disalahkan, apakah pemerintah? Manusianya sendiri? Atau keadaan yang kurang baik? Tapi sebagai mahluk sosial saya sering berpikir dan tidak tega dengan menyaksikan saudara-saudara kita yang terlantar dijalanan. Seandainya pemerintah kita peka dengan keadaan ini bisa saja mereka di asuh dan dilatih menjadi manusia yang lebih terlatih dan berguna lagi, tapi pemerintah selalu sibuk dengan urusan ini dan itu, sehingga lagi-lagi masyarakat kecil tidak mendapat tempat untuk diperhatikan, saya sangat senang dengan istilah JIT yang dianut orang Jepang, yang memberdayakan para staff dan karyawannya menjadi manusia multiguna dan multidisiplin, sehingga ketika keadaan perusahaan buruk, para pekerja dapat menggunakan disiplin ilmu dan pengalaman untuk membuka usaha lapangan pekerjaan, menghindari ketergantungan pekerja dengan hanya ahli dalam satu hal keahlian saja, disamping itu sudah saatnya kita mahasiswa mengubah pola pikir (mindset) setelah lulus ingin mencari pekerjaan, mari kita mencoba menjadi enterpreneur yang menciptakan lapangan pekerjaan, harapan saya saudara-saudara kita tidak bertambah banyak lagi yang bekerja serabutan sehingga tidak terlihat lagi pengamen-pengamen dijalanan, apalagi preman-preman yang mengancam penumpang bus kota, masyarakat indonesia bisa kembali sejahtera dan damai. Menikmati hidup layak di negerinya sendiri dan bukan harus ekspor tenaga kerja yang terkadang mengurangi nilai martabat negeri ini, semoga kita semua saling peduli sesama, harapan saya pemerintah lebih ikut andil dalam menciptakan lapangan pekerjaan kembali.

Selasa, 23 Maret 2010

Tidak Punya Pacar , Tidak Usah Risau

Siapa bilang pacaran wajib dimasa muda? Bohong itu. Semestinya,kita kaum muda yang nggak pernah dipacarin,ditembaki n,disenengin, dinikmatin tanpa hak,perlu bersyukur dan bahagia. Kenapa? Karena banyak waktu yang diberikan Tuhan untuk mempersiapkan diri menjadi para muda yang banyak peran bagi dirinya dan bagi orang lain. Nggak masalah kok kalian hengkang dari aktifitas pacaran.Nggak akan ada ruginya.

Anak-anak muda yang banyak aktifitas,keinginan pacarannya juga rendah.Nafsu sexnya terkendali dengan banyak melakukan kegiatan positif yang membangun karakternya.
Kalau masa itu kita melakukan dua hal yang terpenting yaitu :Memilih teman yang baik dan melakukan aktifitas yang bermanfaat.

Kalau melakukan aktifitas yang bermanfaat bukanlah bicara melalui handphone sampai larut malam.telinga sampai panas dan tidur terganggu hanya untuk kepuasaan sesaat.
Itu sama saja membunuh diri sendiri secara pelan-pelan. Akibatnya bisa flu besoknya,dan bila anda batuk akan menular kepada keluarga atau teman dekat saudara.Dampaknya pasti negatif.

Friend,kalau dipikir-pikir, coba kita paksakan pacaran.Ini bisa memperpendek masa sendiri kita dengan mengambil beban yang sebenarnya belum waktunya.Misalnya, kita musti ngeluarin duit setiap kali apel,padahal masih minta ortu,Stress mikirin bila pacar ngambek.Itu sama dengan menghambat revolusi. Makanya perbanyak bergaul dengan teman-teman yang masa mudanya banyak berkarya.

Semboyan yang mengataka :Kecil dimanja, muda hura-hura,tua kaya raya,mati masuk surga.Itu mah sudah kuno,nggak zamannya lagi.Sudah nggak jzamannya orang muda ngelamun saja dikamar,dengarin lagu-lagu cengeng,nggak mau ngapa-ngapain atau ngurung diri. cuma gara-gara putus sama si doi. Buatlah diri kita menjadi bahagia bukan hanya having Fun. Tua itu biasa,tapi dewasa itu pilihan.Hidup itu biasa,tapi hidup mulia adalah pilihan.Itu nasehat seorang yang bijak.

Makanya jangan nyesal kalau kalian yang masa mudanya militan bangat menjadi kadernya setan,fundamental maksiat,Jago merusak anak gadis orang dan gadis yang suka mengumbar bagian tubuh,biar jadi piala bergilir,dipacari sana-sini padahal "bahenol"(Badan hebat,otak eNol).Hati-hati saja kalau kita termasuk yang beginian.jangan- jangan,nanti kaliann nggak sadar usia makin uzur,tapi belum sempat membuat sejarah. Boro-boro bikin sejarah buat orang lain,buat diri saja masih kacau balau.

Pesan saya buat teman-teman yang emang belum pernah pacaran, atau pun tidak punya waktu luang buat pacaran wkt muda, tidak usah kwatir dan risau, ada saat yang indah dan tepat untuk melakukannya, selagi mudah mari kita isi hidup dengan hal-hal positif, perbaharui hidup dengan hal yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, pada negara, dan pada Tuhan, tetap semangat dan berkarya.

Senin, 22 Maret 2010

Visi dan Misi Universitas Gunadarma

Visi Universitas Gunadarma

Pada tahun 2012 Universitas Gunadarma menjadi Universitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkemuka di Indonesia yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recognized), baik di tingkat regional maupun internasional.

Misi Universitas Gunadarma

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang berkualitas dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa.

2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung terselenggaranya kegiatan penelitian yang bertaraf internasional dan bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai ujud pengejawantahan tanggung jawab sosial institusi (university social responsibility).

4. Menyelenggarakan kerjasama dengan pelbagai institusi, baik di dalam maupun di luar negeri.

5. Mengembangkan organisasi institusi dalam rangka merespon pelbagai perubahan yang terjadi.


Visi Fakultas Ekonomi

Pada tahun 2012 Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi Ekonomi Berbasis Teknologi Informasi Terkemuka di Indonesia yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recoqnized) baik di tingkat regional maupun internasional.

Misi Fakultas Ekonomi

1. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tinggi di bidang Ekonomi meliputi akuntansi dan manajemen bagi masyarakat sebagai sarana untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, profesional, kompeten dan sesuai dengan kebutuhan saat ini dan akan datang dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa.

2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung terselenggaranya kegiatan penelitian yang bertaraf internasional dan bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai ujud pengejawantahan tanggung jawab sosial.

4. Menyelenggarakan kerjasama dengan pelbagai institusi, baik di dalam maupun di luar negeri.

5. Mengembangkan organisasi institusi dalam rangka merespon pelbagai perubahan yang terjadi.

Kamis, 18 Maret 2010

Menabung itu penting

Menabung bagi sebagian orang yang memiliki dana lebih mungkin suatu hal yang biasa dilakukan, lalu bagaimana bagi sebagian orang yang memiliki dana yang hanya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup saja? atau bagi orang yang serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup?

Menabung tiap bulan?
Waduh lagi banyak pengeluaran nih...
Ntar Aja dech utamakn kebutuhan anak dulu...
Anu…... kemaren baru aja ambil kredit mobil...
Susah, harga barang lagi naik semua...
Dll dst dsb dan sejuta alasan lainnya

Capeee dehhh, kapan mulai nabungnya?

Menabung itu sebenarnya sangat mudah, bila anda tahu caranya. Berikut tips mudah menabung:

- Sisihkan dana untuk ditabung terlebih dahulu sebelum Anda membayar kebutuhan hidup lainnya.

- Jadikan tabungan sebagai pos pengeluaran. Masukkan pos tabungan ke dalam pos pengeluaran rutin tiap bulan sama seperti tagihan telepon, transportasi, dan makan.

- Miliki rekening khusus tabungan. Rekening terpisah memungkinkan dana yang terkumpul tidak terpakai untuk pengeluaran lain

- Manfaatkan fasilitas auto debet dari rekening gaji Anda ke rekening tabungan. Dengan begitu Anda tidak perlu repot-repot datang ke bank atau ATM untuk mentransfer atau pemindahbukuan.

- Simpan uang receh. Berbelanjalah hanya dengan uang kertas. Jika Anda mendapat kembalian uang logam, masukkan uang tersebut ke dalam celengan. Jika sudah penuh masukkan ke dalam rekening Anda di bank.

- Naikkan setoran tabungan tiap kali penghasilan naik. Setiap kali Anda mendapat bonus atau THR, sisihkan terlebih dahulu untuk menambah tabungan Anda. Begitu juga ketika gaji naik, maka naikkan juga jatah setoran tabungan Anda.

Tapi bagaimana pun kondisi financial kita, semua itu tergantung bagaimana kita mengatur (memanagenya), jika kita konsisten dengan belajar hidup investasi masa yang akan datang dan berjaga-jaga dengan kebutuhan pengeluaran yang mendadak maka menabung merupakan cara yang baik untuk menyisihkan uang kita....selamat mencoba.

Selasa, 09 Maret 2010

Manajemen Wanita Karir VS Ibu Rumah Tangga

Zaman dulu para wanita diharapkan menikah dengan pria yang sudah bekerja. Era 1960 dan 1970’an, penting bagi orang tua yang akan menikahkan anak perempuannya mengetahui pekerjaan calon mantu laki-lakinya. Pertanyaan pertama dari mereka “Calon suami kerja dimana ? ”. Sementara bagi orang tua pria, yang penting dari calon isteri anaknya adalah berasal dari keluarga baik-baik, siap menjadi Ibu, pintar mengurus suami dan rumah, merawat dan membesarkan anak. Kemudian muncul slogan “emansipasi” dan “persamaan hak asasi”, wanita tidak lagi sekedar menjadi Ibu Rumah Tangga, tapi juga wanita karier. Di era 1980 dan 1990’an, mempunyai anak perempuan yang bekerja menjadi impian dan cita-cita bagi para orang tua. Para orang tua berlomba memberikan dan mendorong putrinya mempunyai pendidikan yang sebaik-baiknya. Mempunyai anak perempuan yang bekerja menjadi bergengsi dan mempunyai citra serta kelas tersendiri.



Saat ini wanita yang bekerja “seakan-akan” menjadi ukuran status dihadapan keluarga calon suami. Semua sudah berubah ! Seorang pria yang akan memperkenalkan calon isterinya harus siap dengan pertanyaan, “ Calon isterinya kerja dimana ?”. Mungkin orang tua pria akan berkernyit atau terdiam (berpikir) jika diberitahu bahwa calon isteri anaknya tidak bekerja, walaupun mempunyai pendidikan dan keluarga yang baik. Bahkan ada yang lebih ekstrem, menjadikan jenis pekerjaan calon isteri bagi anak prianya sebagai syarat untuk menaikkan gengsi keluarga. Jaman sudah berubah ! Syarat mempunyai pekerjaan tidak lagi melekat bagi para calon suami. Para wanita pun berlomba bekerja dan ditanamkan “harus” bekerja. Wanita bekerja menjadi syarat untuk “dihargai” dan “dipandang”, tidak saja untuk dirinya sendiri tapi demi kebesaran, kebanggaan, atau nama baik keluarga.



Para wanita dituntut untuk bekerja !. Para Ibu Rumah Tangga gelisah atau malu jika putrinya yang sudah selesai kuliah belum bekerja. Orang tua berusaha bahkan dengan jalur kompas, melalui koneksi/relasi, atau nepotisme agar putrinya bekerja. Para Ibu ada yang enggan dan malu di dalam pertemuan keluarga atau tetangga jika ditanyakan tentang putrinya yang belum bekerja. Sebaliknya ada orang tua yang begitu bangganya, bahkan berulang-ulang menceritakan pekerjaan putrinya, apalagi jika bekerja di perusahaan/instansi besar dengan posisi dan fasilitas yang baik.



Apa yang ada dalam benak para orang tua dan para putrinya setelah mereka mendapat pekerjaan ?. Akhirnya ungkapan dari seorang Ibu di dalam percakapan dengan teman-temannya yang saya dengar di halaman gereja seusai ibadah minggu membuat saya tersadar.“Ah, nggak lah ya! Kasihan boruku kalau mau dikenalin sama anaknya Eda itu, S-1 kan dia, boruku S-2, bagus lagi kerjanya. Ganteng pun dia tapi sekarang ini nggak itu jaminan nya”. Hmmm, ternyata bagi orang tua tertentu status pekerjaan dan pendidikan putrinya menjadi ukuran pria mana yang sepantasnya bersanding atau berkeinginan melamar putrinya.



Kebetulan saya pernah mendengar seorang Ibu yang memberikan nasihat kepada putrinya yang masih kuliah, “Boruku setelah kuliah harus kerja lah ya ! Supaya nanti dapat suami yang hebat.” Bagi Ibu tersebut adalah semakin baik jenis dan posisi pekerjaan borunya, maka dia akan mendapat hela/mantu laki-laki yang mapan: baik pekerjaan dan status ekonominya. Ada Ibu yang mengeluh kecewa, karena borunya yang S-1 dan karyawan bank swasta akan menikah dengan pria yang bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan pendidikan akhir D-3. Beliau merasa borunya salah pilih, hidupnya akan sulit dan merasa perbedaan tingkat pendidikan membuatnya malu dan tidak bersemangat dengan calon mantu laki-laki. Begitupun sebaliknya, seorang Ibu yang menentang rencana perkawinan anak laki-lakinya yang S-1 dan karyawan swasta dengan wanita yang pendidikan terakhirnya juga S-1 tapi tidak bekerja. Beliau mengatakan mereka akan menjadi pasangan yang tidak seimbang, dan juga menyesalkan pilihan putranya, karena di luar sana banyak keluarga yang menawarkan putrinya yang bekerja. Ahh, entahlah ! Tapi bagi saya mereka orang tua yang aneh !



Mengapa wanita (harus) Bekerja ? Tidak aneh lagi saat ini menemukan wanita/para Ibu Batak dengan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, pedagang asongan, kuli bangunan sampai knek angkutan umum. Jelas pekerjaan itu tidak memerlukan pendidikan di bangku kuliah, jangankan tamat SD, tidak sekolah pun mereka bisa menjadi kuli bangunan. Bagi mereka yang diharapkan dari bekerja hanyalah : cukup bisa makan hari ini. Jika mujur dan ada rejeki untuk menambah kebutuhan biaya sekolah, atau jika umur panjang dan ada keajaiban dapat meluluskan boru mereka sampai tingkat menengah atas. Setelah itu mereka akan berharap dapat mencari pekerjaan sendiri dengan bekal ijasah SMA, minimal karyawan atau kasir atau pramuniaga di toko atau supermarket. Mereka tidak punya target bahwa borunya kelak akan menikah dengan pria yang lebih baik pendidikan atau pekerjaan yang bergengsi. Ada yang mau menikah dengan borunya saja mereka sudah senang, “Asal ma burju tu borukon dohot, bertanggung jawab !”, kalimat itu juga pernah saya dengar dari kerabat yang pekerjaannya menjual pakaian di pasar.



Alasan apa yang mendorong wanita bekerja ? Mungkin jawaban anda ada di diantaranya : Malu dong, sudah sarjana kok nggak kerja. Tidak ingin menjadi beban dan tanggungan orangtua. Ingin membalas pengorbanan dan membahagiakan orang tua. Unjuk kemampuan diri sebagai wanita yang mandiri dan mapan, sekedar mencari status di era emansipasi, wanita modern, supaya bisa beli ini-itu, membeli semua yang dipakai wanita. Tidak mau kalah atau gengsi sama suami, nerima gaji terus, menjadi wanita sukses dalam karier, bekerja karena saya manusia yang memang harus bekerja untuk makan. “Hari gene di rumah ? Nggak lah yau !”. Supaya ada kesibukan, bosan dirumah karena belum ada anak, nggak biasa kerja di rumah jadi harus kerja supaya ada pergaulan dan wawasan, ingin punya uang sendiri, ngatur hidup sendiri. Membantu suami, ya sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, supaya dapat teman, dan tidak kuper, supaya ada harga diri dihadapan mertua dan keluarga suami, sehingga tidak diremehkan. Atau yang terakhir : supaya dapat jodoh di tempat kerja, dan banyak lagi...