Selasa, 13 April 2010

Analisis Lingkungan Industri Pada Negara Sedang Berkembang

Membaca judul ini, terlintas dalam hati kecil saya apakah negara kita Indonesia tercinta ini termasuk didalamnya ataukah tidak? Negara yang kaya raya akan sumber daya alam, negara dengan sebutan negara kepulauan dan negara yang menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbanyak didunia. Sepengetahuan saya, negara kita sebentar lagi tepatnya 17 Agustus 2010 akan merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke 65 tahun, bila dibandingkan dengan negara tetangga kita, sebut saja negara kecil Singapura maka akan kelihatan sekali ketimpangan yang terjadi dengan negara kita, baik dari sisi ekonomi, teknologi, sosial, politik, budaya, dan lain sebagainya. Ternyata lama atau tidaknya merdeka suatu negara tidak menjadi tolak ukur dan jaminan kualitas baik buruknya suatu negara, dunia mengenal Asia dengan menyebutkan China, Jepang, Korea, dan Singapura. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ya sebagian ada yang mengenalnya sebagai tempat wisata Bali, Bali yang eksotik mungkin juga dengan Danau Toba indah dan memukau, bagaimana juga dengan teknologinya? Masih jauh dari negara-negara lain.

Negara kita yang berpenduduk hampir 210 juta jiwa ini, setiap tahun selalu dihadapkan dengan masalah ekonomi yang tidak pernah habis-habisnya, misalnya masalah kemiskinan, pengangguran, dll. Setiap tahun tingkat pengangguran selalu bertambah. Penyebabnya tentu bermacam-macam pula, sebut saja karena kurang tersedianya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pencari kerja (Jobseekers), lapangan pekerjaan tidak merata dari satu daerah dengan daerah lain misalnya Jakarta, Medan, Batam, dan Surabaya lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan dan lebih menjanjikan dari pada daerah lain, para lulusan serjana lebih banyak memilih tetap tinggal di daerah mereka lulus dari pada harus pulang kampung kerena dikampung belum tentu dapat pekerjaan, sehingga terjadi penumpukan pencari pekerja dalam suatu daerah.

Ketika saya melakukan aktivitas kerja kebetulan rute yang saya lintasi adalah jalan raya bogor jakarta timur, dibandingkan 8 tahun yang lalu didaerah ini banyak terdapat berdiri pabrik-pabrik, misalnya pabrik Tekstil, bahan kimia, Obat, makanan dan minuman, ban mobil, elektronik, pabrik kulit, dll. Tapi suasana telah berubah pada saat ini tahun 2010 jumlah perusahaan atau pabrik-pabrik yang berdiri banyak yang telah tutup, apakah karena gulung tikar ataukah emang dipindahkan investasinya ke negara tetangga? Yang pasti banyak bangunan tidak berpenghuni. Pada saat pulang kerja maka kemacetan yang luar biasa akan terjadi dan manusia berjubel-jubel keluar dari pabrik dan perkantoran. Biasaya mereka menggunakan seragam, usianya pun beraneka ragam, yang menjadi pusat perhatian saya adalah teman-teman yang bekerja pada pabrik tekstil, bagi perusahaan yang telah go publik tentu memakai seragam yang lumayan bagus dan rapi, lalu bagaimana dengan perusahaan menengah kebawah? Disinilah tampak perbedaan dan kesenjangan itu terlihat dengan jelas, teman-teman buruh pabrik biasanya menggunakan pakaian ala kadarnya, dalam benak mereka mungkin yang terpenting berpakaian bersih dan rapi sudah cukup, pada dasarnya mereka merasa dengan mendapatkan upah sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah (UMR) saja sudah senang, bagaimana dengan kecukupan memenuhi kebutuhan hidup, “semua tergantung bagaiman mengaturnya saja, ya dicukup-cukpinlah mba” itu jawaban salah satu buruh pabrik yang berbincang-bincang dengan saya di salah satu angkutan umum, lalu bagaimana pula dengan buruh pabrik yang bekerja dan mendapatkan upah dibawah UMR? Dengan wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca seorang bapak yang bekerja sebagai buruh juga mengatakan” ya mau gimana lagi mba, wong saya saja hanya lulusan SMP, jadi diterima bekerja disini aja uda senang, mengenai gaji ya jauh dari cukup mba, makanya malam hari saya mencari sampingan tambahan sebagai tukang ojek” jawab seorang bapak pada saya.

Masalah pokok yang ingin saya bahas adalah materi kulian Manajemen Strategik dengan topik Analisis Bisnis yang terdiri dari Analisis Lingkungan Makro dan Analisis Lingkungan Teknologi. Analisis Lingkungan Teknologi terdapat ciri-ciri yang mengatakan : Terdapat tenaga kerja yang melimpah tetapi tidak terlatih/ahli/expert, keterbatasan dana untuk alih teknologi, dan masih menggunakan teknologi padat karya. Pada saat berdiri pabrik tekstil misalnya disekitar jalan raya bogor jakarta timur, pabrik tersebut menyerap dan merekrut banyak tenaga kerja, tenaga kerja yang terpakai mulai tamatan SMP, SMA hingga lulusan Sarjana. Oleh karena karena produk yang dihasilkan adalah produk masal maka teknologi yang dipakai pun masih teknologi padat karya sehingga kesejahteraan akan terangkat dengan berkurangnya jumlah pengangguran. Namun masalah akan mulai muncul misalnya pada saat kerusuhan tahun 1998 banyak perusahaan tutup, investor kocar-kacir memindahkan modalnya ke negara tetangga, akibatnya banyak terjadi PHK, kurang ahlinya pekerja/kurang terampil karena pendidikan formal rendah membuat mereka tidak mudah mendapatkan pekerjaan kembali. Ada yang telah pulang kampung untuk memulai usaha atau pekerjaan lain, lalu bagaimana dengan yang tetap bertahan hidup tinggal dijakarta?
Mereka mencari pekerjaan dengan bersaing ketat dalam mendapatkan pekerjaan, ada yang berubah haluan bekerja pada sektor nonformal misalnya buka usaha kecil-kecilan, ada juga bekerja serabutan menjadi pedagang asongan di atas bus kota, jalan-jalan raya (lampu merah), pemulung, bahkan mengamen di jalan-jalan raya ibukota, tragis memang, tuntutan hidup yang keras membuat orang saling sikat-menyikat dalam memenuhi kebutuhan hidup, ntah siapa yang akan disalahkan, apakah pemerintah? Manusianya sendiri? Atau keadaan yang kurang baik? Tapi sebagai mahluk sosial saya sering berpikir dan tidak tega dengan menyaksikan saudara-saudara kita yang terlantar dijalanan. Seandainya pemerintah kita peka dengan keadaan ini bisa saja mereka di asuh dan dilatih menjadi manusia yang lebih terlatih dan berguna lagi, tapi pemerintah selalu sibuk dengan urusan ini dan itu, sehingga lagi-lagi masyarakat kecil tidak mendapat tempat untuk diperhatikan, saya sangat senang dengan istilah JIT yang dianut orang Jepang, yang memberdayakan para staff dan karyawannya menjadi manusia multiguna dan multidisiplin, sehingga ketika keadaan perusahaan buruk, para pekerja dapat menggunakan disiplin ilmu dan pengalaman untuk membuka usaha lapangan pekerjaan, menghindari ketergantungan pekerja dengan hanya ahli dalam satu hal keahlian saja, disamping itu sudah saatnya kita mahasiswa mengubah pola pikir (mindset) setelah lulus ingin mencari pekerjaan, mari kita mencoba menjadi enterpreneur yang menciptakan lapangan pekerjaan, harapan saya saudara-saudara kita tidak bertambah banyak lagi yang bekerja serabutan sehingga tidak terlihat lagi pengamen-pengamen dijalanan, apalagi preman-preman yang mengancam penumpang bus kota, masyarakat indonesia bisa kembali sejahtera dan damai. Menikmati hidup layak di negerinya sendiri dan bukan harus ekspor tenaga kerja yang terkadang mengurangi nilai martabat negeri ini, semoga kita semua saling peduli sesama, harapan saya pemerintah lebih ikut andil dalam menciptakan lapangan pekerjaan kembali.