Senin, 24 Mei 2010

Strategi “Menyehatkan” Perusahaan dan Divestasi

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4 EB 10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Strategi “Menyehatkan” Perusahaan dan Divestasi
Dosen : Muhamad Farid Mahmud, SE.,MM

Ulasan materi kali ini cukup menarik perhatian saya, apalagi ketika sang dosen menginstruksikan kita para mahasiswa untuk membuat salah satu contoh kasus pada perusahaan yang pernah mengalami hal tersebut “Strategi menyehatkan perusahaan dan divestasi” bila dimungkinkan obyeknya adalah perusahaan saudara pernah bekerja, otomatis saja saya teringat perihal kejadian yang pernah dialami perusahaan tempat saya bekerja dahulu kegagalan karena indikator internal perusahaan yaitu piutang dagang membengkak dan dominasi departemen tertentu.

Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan distributor makanan sebut saja PT.XYZ di Jakarta ini, perusahaan sendiri adalah salah satu anak perusahaan terbuka (Tbk) yang listing di Bursa Efek Indonesia, kantor pusat perusahaan berada di Jakarta dan perusahaan memiliki empat cabang yaitu Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Serang.
Perusahaan yang terlibat dalam kompetisi global dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan baik dalam pemakaian teknologi maupun proses kerja secara keseluruhan agar terjadi perbaikan ke arah yang lebih efektif dan efisien bagi penetapan harga, promosi produk, dan distribusinya sehingga diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai, mencapai laba pada tingkat tertentu dan mensejahterakan karyawannya, serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Pada masa sekarang ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan, semakin bervariasi muculnya produk baru dipasaran maka setiap produsen semakin berusaha keras agar produk yang dihasilkan terjual dan sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Setiap produsen selalu menginginkan produk yang dihasilkan dapat terjual atau dibeli oleh konsumen dengan tingkat harga yang memberikan keuntungan perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Melalui produk yang terjual, perusahaan dapat menjamin kehidupanya atau menjaga kestabilan usaha agar tetap dapat berkembang secara berkesinambungan bahkan mengembangkan bisnis perusahaan yang lebih maju.

Salah satu upaya untuk menunjang hal tersebut adalah dengan cara meningkatkan penjualan, baik dari segi kuantitas unit terjual maupun dari segi ukuran yang diperoleh perusahaan. Penjualan barang dan jasa senantiasa ditujukan untuk dijual secara menguntungkan bagi produsen, dengan begitu pihak perusahaan sendiri harus menyediakan barang dan jasa itu dengan kualitas yang baik dan dapat memuaskan konsumen atau pelanggan. Dengan demikian, untuk menghasilkan laba atau keuntungan dari penjualan maka disusun rencana penjualan sebagai teknik untuk memproyeksikan tingkat permintaan konsumen atau pelanggan potensial pada suatu tahun.

Setiap manager selalu berusaha mencapai target yang diberikan oleh manajemen, tentunya dengan kerjasama yang baik diantara departemen selling (Salesman dan SPV), departemen Supporting (Accounting dan ADM), dan departemen Warehouse. Saya masih teringat dengan jelas ketika pertama kali bergabung dengan perusahaan ini tahun 2004 target yang diberikan pada cabang kami adalah berkisar dua ratus jutaan dan terakhir tahun 2007 target yang harus dicapai adalah 1,5 Milyar. Dinilai dari segi tingkat pencapaian target pejualan setiap cabang termasuk berhasil dengan hasil pantastis, para salesman, SPV, dan manager selalu mendapatkan bonus dan insentive yang memuaskan, lalu bagaimana efek terhadap departemen Acc dan ADM? Apakah mereka akan menghadapi masalah? bagaimanakah mereka menilai dan melaporkan keuangan terhadap manajemen.

Masalah muncul saat piutang dagang yang besar tidak segera terselesaikan dengan baik, dimana para konsumen banyak mengalami gagal bayar sehingga terjadi over due piutang dagang.
Persediaan di gudang perusahaan berjalan normal (balance antara input dan output), target penjualan meningkat, tetapi piutang dagang membengkak, siapakah yang akan disalahkan dalam posisi seperti ini? Dengan membengkaknya piutang dagang otomatis perputaran arus kas menjadi tersendat alias “macet” yang berakibat pada semakin tingginya cadangan kerugian piutang. Pada awalnya setiap departemen mempertahankan kepentingan masing-masing teamnya, sehingga muncullah nominasi departemen terhadap departemen lain. Misalnya karena departemen selling merasa harus mencapai target penjualan sehingga tidak terbebani dengan jumlah piutang dagang, demikian juga departemen warehouse merasa dapat mendistribusikan dan menjaga kestabilan persediaan produk sesuai target perusahaan dan produsen (produsen produk adalah perusahaan induk), yang terjepit dan terpojok adalah departemen Accounting dan ADM.

Akhirnya departemen Accounting dan Adm merasa perlu membuat laporan dan usulan kepada manajemen agar kejadian ini tidak larut terus menerus karena berimbas pada kerugian yang semakin memburuk pada perusahaan. Akhirnya diadakan suatu rapat yang dihadiri semua departemen. Adapun tujuannya adalah memperbaiki kinerja semua departemen dalam mencapai tujuan perusahaan khusunya dalam hal piutang dagang, tidak ada nominasi departemen terhadap departemen lain tetapi diharapkan adalah kerjasama team yang baik, bahu-membahu dalam menjalankan kelangsungan perusahaan, sehinga perusahaan terselamatkan dari ancaman kebangkrutan. Adapun langkah-langkah strategi yang diambil manajemen dalam menyelamatkan piutang yang membengkak adalah : Fokus pada penjualan pada konsumen potensial (Pembelian produk sesuai kemampuannya), mengintensivekan pada konsumen yang loyal pada produk (bukan pada new market), Fokus pada segmen pasar tradisional dan modern market, mengurangi umur piutang maksimal dari n/30 menjadi n/21, apabila tidak dimungkinkan pembayaran piutang maka dilakukan Return Product, memotivasi salesman agar menawarkan cara pembayaran tunai dengan diskon yang kompetitif pada konsumen, kerjasama yang semua departemen, saling peduli, komunikasi dan bertanggung jawab pada departemen secara umum.

Setelah beberapa bulan, strategi perusahaan cukup membawa angin segar bagi kemajuan perusahaan, dimana piutang dagang dapat terkontrol dengan baik, penjualan meningkat, dan kesejahteraan karyawan pun berjalan dengan normal. walaupun demikian kerja keras semua departemen, komunikasi yang baik, saling terbuka dan rasa memiliki harus tetap dipelihara dan dipertahankan demi kemajuan dan keuntungan perusahaan

Sabtu, 22 Mei 2010

Tugas : Analisa Strategi Perusahaan Unilever

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Analisa Strategi Perusahaan Unilever
Dosen : M.Farid.M, SE.,MM

Isu Strategi
Apa penyesuaian, baik secara internal maupun eksternal, harus Unilever untuk membangun kembali membuat strategi kompetitif yang kuat dan fokus?
Menurut pendapat saya usaha penyesuaian yang akan dilakukan oleh Unilever baik internal dan eksternal untuk membangun kembali perusahaan dengan membuat strategi kompetitif yang kuat dan fokus akan berhasil dengan baik, hal ini dapat kita lihat pada laporan analisis keuangan adanya pertumbuhan yang konsisten Tahun (2000-2003), peningkatan kualitas secara keseluruhan (sehat dan kompetitif), profil pertumbuhan portofolio merek kuat, peningkatan efisiensi modal dan diakui sebagai perusahaan global. Adapun usaha yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengefisienkan perusahaan dalam mengurangi portofolio dengan 400 inti merek sehingga akan lebih fokus pada merek terkemuka, demikian juga dengan iklan dan usaha pemasaran yang yang efektif, preferensi konsumen terhadap produk unilever merupakan nilai tambah yang harus terus dipertahankan perusahaan sehingga Fokus R & D beriklan di merek terkemuka.

Adapun hal yang diperhatikan perusahaan Unilever adalah dual kepemimpinan yang harus memiliki visi dan misi yang sama dalam mengembangkan dan mencapai tujuan perusahaan(apabila dimungkinkan akan lebih baik satu kepemimpinan sehingga perlu adanya penyatuan/intregrasi), Pengurangan karyawan yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan biaya yang inefisien, tetap mawas terhadap kompetitor-kompetitor follower dalam hal diferensiasi produk dan harga, pencapaian pengakuan perusahaan global merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memenuhi standar nasional dan internasional, sehingga memungkinkan keberhasilan Unilever dalam melaksanakan penyesuaian dan strategi dengan baik.

Tugas Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Tahun 1978 & 1979

Nama : Elsima Sihombing
NPM : 21206171
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Tugas : Analisa Rasio Keuangan Perusahaan Tahun 1978 & 1979
Dosen : M.Farid.M, SE.,MM

1)Analisa Rasio Likuiditas
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (ketepatan waktu)

1.1.Current Rasio (1978) = Aktiva lancar : Utang lancar
= 1.291 : 327
= 3,94

1.2.Current Rasio (1979) = Aktiva lancar : Utang lancar
= 1.420 : 370
= 3,83

1.3.Acid Test Rasio (1978) = Aktiva lancar – Persediaan = 1.291- 590 = 2,14
Utang Lancar 327

1.4.Acid Test Rasio (1979) = Aktiva lancar – Persediaan = 1.420- 645 = 2,09
Utang Lancar 370

Kesimpulan : Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2)Analisa Profitabilitas (Keuntungan)
Untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba seperti : penjualan, aset, dan laba modal sendiri.

2.1Gross Profit Margin = Penjualan-HPP = 3.500-2.040 = 0,41
Penjualan 3.500

2.2 Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Pejualan = 70:3.500 =0,02

2.3 Return On Investment = Laba Setelah Pajak : Total Aktiva = 70:1.829 = 0,038

2.4 Return On Equity = Laba Setelah Pajak : Modal Sendiri = 70:1.440 = 0,048

2.5 Profit Margin = EBIT : Penjualan = 134:3.500 = 0,038

2.6 Rentabilitas Ekonomis =EBIT : Total Aktiva = 134: 1.829 = 0,073

2.7 2.7 Earning Power = Penjualan x Laba Setelah Pajak = 3.500 x 70 = 1,914 x 0,02 = 0,038 Total Aktiva Penjualan 1.829 3.500

Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva lancar dan aktiva tetap mengalami kenaikan antara 0,02 (2%) – 0,073 (7,3%), bahkan Penjualan kotor sama dengan 0,41 (41%).

3) Rasio Financial Leverage
Digunakan untuk menunjukkan proporsi penggunaan utang dalam membiayai investasi perusahaan, dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek dan jangka panjang.

3.1 Debt Rasio (1978) = Total Utang : Total Aktiva = 35 : 1.767 = 0,019
Debt Rasio (1979) = Total Utang : Total Aktiva = 389 : 1.829 = 0,212

3.2 Debt to Equity Ratio (1978) = Total Utang : Total Modal Sendiri = 35:1.415=0,025
Debt to Equity Ratio (1979) = Total Utang : Total Modal Sendiri = 389:1.440=0,270

3.3 Time Interest Earned Ratio = Laba sebelum bunga & pajak: Beban bunga =134:14=9,57

Kesimpulan : Semakin Tinggi nilai debt rasio berarti semakin tinggi resiko yang akan dihadapi perusahaan dan investor, namun sebaliknya keuntungan yang diharapkan akan semakin tinggi pula karena mengalami kenaikan nilai dari tahun sebelumnya, dan kemampuan dalam memenuhi beban tetapnya terlihat memiliki angka yang baik.

4)Rasio Aktivitas
Digunakan untuk menunjukkan kemampuan atau efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan, menentukan efisiensi nilai-nilai investasi terhadap aktiva.

4.1 Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan:Rata-rata persediaan=2.040:645=3,16

4.2 Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan: Aktiva Tetap = 3.500: 399 = 8,77

4.3 Perputaran Total Aktiva = Penjualan: Total Aktiva = 3.500: 1.829 = 1,913

Kesimpulan : Perusahaan mampu mengelola aset dengan tingkat perputaran aktiva mencapai nilai yang cukup signifikan dan baik, efisiensi yang dilakukan mampu memberikan hasil yang tepat bagi pengembalian investasinya.

Kesimpulan Laporan Keuangan Perusahaan
Secara keseluruhan dari perhitungan Analisis Rasio Likuiditas, Profitibilitas, Financial Leverage, dan Aktivitas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola dan memanfaatkan aset-aset perusahaan, meskipun perusahaan melakukan pinjaman terhadap pihak ketiga dalam membiayai investasinya mengalami kenaikan, tetapi perusahaan tetap dapat mengembalikannya dengan baik, dimana diharapkan dengan investasi yang dilakukan dalam mengorbankan sumber daya akan membawa tingkat pengembalian atau perputaran yang lebih baik terhadap perusahaan, peningkatan laba dari tahun ke tahun menunjukkan keseriusan dan fokus kinerja manajemen terhadap perusahaan dengan baik. Yang perlu di waspadai adalah agar manajemen tetap memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.