Kamis, 31 Desember 2009

Masihkah Ada Harapan..?

Pada waktu menginjak usia dewasa biasanya seseorang akan berusaha mencari jati dirinya atau karakter jiwanya, ada yang mulai menonjolkan kecantikannya, menonjolkan kegantengannya, menonjolkan kepintarannya/kecerdasannya, menonjolkan kekayaannya atau jenis yang lain untuk menunjukkan siapa dirinya atau untuk menarik lawan jenisnya. Tipikal kepribadian setiap orang pun berbeda-beda, ada yang suka humoris, cakep plus kaya “tajir”, suka pendiam, suka funk, suka dunia malam, suka yang maco, suka yang girly, bahkan yang aneh-aneh yang tidak masuk akal pun ada yang mencari dan menyukainya.
Demikian halnya yang terjadi dahulu ditempat saya bekerja, kebetulan perusahaan tersebut bergerak dalam bidang jasa yang notabene memiliki karyawan yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tapi tidak tahu kenapa saya heran kok bisa diterima disana, padahal sepengetahuan saya ini memiliki paras wajah biasa saja, malah jauh dari identik cewek pada umumnya yaitu tinggi langsing, putih, memiliki rambut panjang, pintar dandan dan lain sebagainya, kenyataannya saya cewek agak tomboy, jarang dandan, jarang pakai rok, tapi tetap mengikuti koridor2 ketentuan cara berpakaian kantor yang rapi dan sopan, maka saya sangat berterimakasih sama Tuhan atas anugrahnya ini saya bisa bekerja dan bergabung bersama mereka, mungkin cara berpikir dan talenta sayalah yang membuat HRD merekrut saya.
Kisah ini dimulai dari beberapa teman dan leader yang memberi tantangan pada kami, barang siapa yang bisa menaklukkan hati si IT ganteng dan smart itu akan mendapatkan reward dan menjadi ratu dan raja dicabang kantor kami. Mendengar hal itu saya tidak antusias karena saya menyadari siapalah saya dibandingkan dengan teman2 cewek lain yang memiliki wajah dan body lebih aduhai dari pada saya. Tapi saya juga wanita normal bila melihat cowok itu tertarik juga karena benar cowok itu perfect dimata cewek. Tantangan yang terbesar yang dihadapi kami adalah cowok itu pendiam banget dan berbicara hanya beberapa kata aja, dia selalu asyik dengan dunia komputernya berjam-jam bahkan berhari-hari, karena hal itulah maka sulit untuk melakukan pendekatan dengan dia, dia memiliki ruangan khusus sehingga kelihatan sekali bila kita keruangannya tanpa ada keperluan troubleshooting dengan komputer, tapi lagi-lagi cewek2 mencari alasan agar bisa berbicara dengan dia maka melakukan berbagai trik, welewelewele...
Saya memiliki prinsip bahwa dalam cinta harus cowoklah terlebih dahulu yang memulai, walaupun saya tertarik banget tapi saya harus jaga image, harga diri, dan etika budaya ketimuran, kalo sudah jodoh tidak kemana-mana kok. Walaupun zaman telah modern dan high teknologi namun tetap budaya itu tepatri dalam hatiku. pada waktu bulan puasa biasanya kantor mengadakan buka puasa bersama ditempat makan yang favorite yang banyak diminta karyawannya, waktu mau pulang waktu telah larut malam sekitar jam 11 malam, tiba-tiba si cowok menawarkan diri untuk pulang bareng dan kebetulan arahnya sama, saya juga bingung tau dari mana ya dia alamat tinggal saya? tapi ga usah dijawab dech yang penting ada tebengan pulang, sepanjang perjalanan saya hanya membisu bingung mau mulai darimana, tapi sampai dirumah dia bilang “elsi rumahnya disini ya? Ga jauh dong dari rumah saya, berarti besok-besok gw bisa main ya? katannya”, “boleh” jawabku tanpa banyak basa-basi, sebenarnya hati saya senang banget krn bisa juga saya bersamanya....hehehe...karena semua tuduhan teman2 selama ini tidak benar dia sebenarnya kocak habis, low profile bahkan gokil hbs plus berwawasan luas.
Demikianlah hari-hari telah berlalu, banyak hal yang saya pelajari dari si cowok cakep itu antara lain hidup apa adanya tanpa memamerkan kekayaan orang tua yang berlimpah, bisa menerima keadaan orang lain, bisa makan dimana saja walaupun dirumah banyak makanan yang tersedia tanpa berlebihan, selalu menguptodate ilmu dan wawasan dan banyak lagi. Hingga suatu saat dia beranikan dirinya menyatakan ketertarikan dia pada saya, saya kaget luar biasa serasa jantungku mau copot, saya mencoba menyadarkan diri dari mimpi tapi ini realita bukan mimpi, memang kita banyak kesamaan dalam hobi misalnya suka berenang, badminton, basket, suka berpetualang dan tantangan, membuat suatu menjadi simpel (natural), suka bahasa inggris (casciscus), suka anak2 kecil bahkan suka memuji masakan mama sendiri, pokoknya saat sharing langsung klik.
Sepandai-pandainya kami menyimpan hubungan kami toh akhirnya teman2 bahkan leader tau juga....wahhahahah....jadi bahan ledekan deh dikantor...tapi kami profesional kok dalam menjalani pekerjaan, departemen kita juga berbeda so ga ada tuh namanya azas manfaat, apalagi manipulasi. Teman2 bilang saya adalah tipe cewek jadan (jawa medan) berparas batak banget tapi perprilaku jawa banget, sedangkan dia memang keturunan palembang jadi masih sama-sama sumatera sehingga budayanya hampir sama. Sekilas memang orang akan bilang saya galak dan sombong dan si cowok lembut dan pendiam makanya banyak teman2 bilang kami cocok saling melengkapi, tapi kenyataan saat saya menjalani adalah kebalikannya, dia sangat tegas dan prinsip banget, care dengan hal-hal kecil. Dalam suatu hubungan perselisihan itu pasti ada apalagi kita memiliki karakter yang berbeda, tapi bagaimana pun niat dan ketulusan kami dalam menjalaninya toh kami harus menerima kenyataan bahwa kami memiliki prinsip yang berbeda, dan sangat tidak baik apabila dipaksakan. Kami berusaha meyampingkannya karena kami merasa bahagia menjalaninya tapi seiring dengan berjalannya waktu saya meminta untuk mundur dan mengakhiri hubungan tersebut. Dia sangat shock dengan keputusan saya, karena baru saya mengetahui bahwa saya adalah cinta pertama dia, dia bilang nyaman bersama saya, dia merasa saya sangat berarti bagi dia tapi saya ga mau menyakiti dia lebih dalam lagi, menyakiti keluarga dia dan keluarga saya, sebenarnya dalam hati kecilku selalu bertanya Masihkah Ada Harapan? Ternyata kami sadar cinta tidak harus memiliki, saya akan bahagia apabila dia bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari saya, dan saya juga berharap saya akan mendapatkan kembali seseorang yang mendekati seperti dia, hingga saat ini pun telah enam tahun kami tetap masih sendiri. Oh ya dia juga alumni Gunadarma loh tepatnya teknik komputer, dia smart tapi tetap rendah hati, karena itu jugalah saya kembali melanjutkan kuliah ditempat ini atas referensi dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar